https://pixabay.com/photos/children-school-laughing-fun-602967/ |
Sukses tidaknya tujuan pendidikan di suatu sekolah bermula dari kondisi pembelajaran pada setiap kelas. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam menentukan arah pembelajaran. Guru ibarat sutradara yang harus mampu membuat skenario terbaik sehingga segala hal yang direncanakan dalam tujuan pembelajaran bisa terwujud dengan maksimal.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu proses pembelajaran di kelas yang memperhatikan kekuatan dan kebutuhan siswa. Dari pengertian ini, maka ada syarat awal yang harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum guru melaksanakan suatu pembelajaran. Mula-mula guru harus mengenali dengan baik kondisi siswanya. Hal ini dapat dilakukan dengan guru menganalisis karakteristik siswa yaitu berkaitan dengan minat, kesiapan, maupun profil belajar mereka.
Minat dapat diartikan kecenderungan untuk melakukan respon dengan cara tertentu di sekitarnya. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Minat bersifat relatif dan variatif antar siswa satu dengan lainnya. Guru bisa mengetahui minat siswa dengan melihat respon mereka sehingga guru perlu membuat variasi pada kegiatan pembelajaran agar siswa memiliki ketertarikan untuk terus terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas siswa untuk mempelajari materi baru. Guru bisa mengetahui kesiapan siswa melalui kegiatan apersepsi di awal pembelajaran pada setiap materi. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pondasi yang sudah dimiliki siswa sebagai bekal awal untuk materi yang akan dipelajari. Selain itu dengan mengetahui kesiapan belajar siswa, guru akan lebih mudah menyajikan materi sesuai dengan tingkat kesukaran yang paling cocok dengan kondisi siswa.
Sedangkan profil belajar siswa menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) merupakan pendekatan yang disukai siswa untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara alami dan efisien.
Dengan mengetahui data awal tentang minat, kesiapan, dan profil belajar siswa maka guru bisa memadukan informasi yang diperoleh tersebut dan meramunya dengan pendekatan inkuiri apresiatif metode BAGJA untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki siswa. Data ini bisa diperoleh dengan menggunakan angket atau kegiatan apersepsi pada proses pembelajaran. Beberapa jenis data akan bisa dimanfaatkan oleh guru lain sebagai informasi awal tanpa harus mengulangi proses penggalian informasi serupa.
Perlu diingat, data tentang kondisi siswa ini bukanlah inti dari pembelajaran berdiferensiasi. Proses ini hanya sebagai landasan yang akan digunakan guru untuk menentukan strategi mana yang akan dipilih. Dalam hal ini guru bisa melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses maupun diferensiasi produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari siswa berdasarkan kurikulum. Diferensiasi proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh siswa yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar siswa, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi, siswa akan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, minat mereka tersalurkan, dan jiwa mereka akan tumbuh merdeka dengan penuh kepercayaan diri. Guru tidak hanya mengetahui potensi atau kekuatan yang dimiliki siswa, namun guru juga selalu memotivasi agar siswa mengenali diri mereka sendiri dan terus mengembangkan potensi tersebut menjadi lebih baik. Untuk itu dibutuhkan kesabaran, keuletan, dedikasi, dan integritas yang tinggi dari guru untuk mendampingi siswa dalam belajar. Guru harus selalu mengupgrade kemampuannya melalui membaca berbagai referensi yang mendukung, berdiskusi dengan komunitas pendidik, atau melakukan penelitian untuk lebih memperkaya intuisinya dalam mengeksekusi langkah yang paling tepat dalam merawat keragaman siswa menuju kemerdekaan belajar yang optimal.
Dengan mengetahui data awal tentang minat, kesiapan, dan profil belajar siswa maka guru bisa memadukan informasi yang diperoleh tersebut dan meramunya dengan pendekatan inkuiri apresiatif metode BAGJA untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki siswa. Data ini bisa diperoleh dengan menggunakan angket atau kegiatan apersepsi pada proses pembelajaran. Beberapa jenis data akan bisa dimanfaatkan oleh guru lain sebagai informasi awal tanpa harus mengulangi proses penggalian informasi serupa.
Perlu diingat, data tentang kondisi siswa ini bukanlah inti dari pembelajaran berdiferensiasi. Proses ini hanya sebagai landasan yang akan digunakan guru untuk menentukan strategi mana yang akan dipilih. Dalam hal ini guru bisa melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses maupun diferensiasi produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari siswa berdasarkan kurikulum. Diferensiasi proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh siswa yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar siswa, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi, siswa akan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, minat mereka tersalurkan, dan jiwa mereka akan tumbuh merdeka dengan penuh kepercayaan diri. Guru tidak hanya mengetahui potensi atau kekuatan yang dimiliki siswa, namun guru juga selalu memotivasi agar siswa mengenali diri mereka sendiri dan terus mengembangkan potensi tersebut menjadi lebih baik. Untuk itu dibutuhkan kesabaran, keuletan, dedikasi, dan integritas yang tinggi dari guru untuk mendampingi siswa dalam belajar. Guru harus selalu mengupgrade kemampuannya melalui membaca berbagai referensi yang mendukung, berdiskusi dengan komunitas pendidik, atau melakukan penelitian untuk lebih memperkaya intuisinya dalam mengeksekusi langkah yang paling tepat dalam merawat keragaman siswa menuju kemerdekaan belajar yang optimal.