Inkuiri apresiatif adalah sebuah paradigma sekaligus model manajemen perubahan yang memegang prinsip psikologi dan pendidikan positif serta pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan ini berfokus pada kekuatan dan nilai-nilai positif yang dimiliki oleh suatu organisasi, dalam hal ini sekolah dan warganya untuk dapat terus melakukan perubahan dan perbaikan kualitas. Inkuiri apresiatif dapat dilakukan dengan melaksanakan 5 tahapan yaitu B (Buat pertanyaan awal), A (Ambil pelajaran), G (Gali mimpi), J (Jabarkan rencana), dan A (Atur eksekusi) atau biasa disebut dengan BAGJA.
Seperti kita ketahui, zaman selalu mengalami perubahan dalam berbagai sektor yang dipicu oleh perkembangan pemikiran manusia itu sendiri. Sekolah sebagai tempat belajar utama bagi siswa seharusnya mampu memberikan lingkungan yang mendukung dan sesuai. Guru sebagai pendamping pembelajaran harus mampu menuntun dan mengarahkan siswa agar menemukan alur belajar yang sesuai dengan kodrat mereka masing-masing.
Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan potensinya masing-masing. Mereka unik dengan segala sifat yang mereka miliki. Guru tidak bisa menyeragamkan pemikiran siswa menjadi sesuai dengan yang dia inginkan. Sekolah bukanlah pabrik yang mencetak siswa dengan pengetahuan-pengetahuan atas nama kurikulum. Setiap siswa merdeka dan memiliki cita-cita. Dengan memahami bahwa kondisi dan potensi setiap siswa beragam maka guru harus mampu untuk menggali semua kekuatan dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa agar mereka dapat tumbuh dengan baik menjadi generasi yang sadar dan berkarakter.
Ajarkan mimpi kepada mereka, bahwa bagaimanapun kondisi yang kita hadapi kita harus terus memiliki harapan kepada kebaikan. Setiap orang memang punya kelemahan dan keterbatasan, namun jadikanlah keterbatasan tersebut untuk melecut semangat diri dan terus berjuang demi menggapai mimpi yang dicitakan.
Persiapkan diri kita sebagai agen perubahan yang memberikan kemudahan, motivasi dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Untuk itu guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ketika melakukan pembelajaran di kelas:
- Kemitraan. Guru membangun kedekatan terhadap siswa melalui komunikasi yang baik dan menempatkan siswa dengan bijaksana. Siswa tidak dianggap memiliki level di bawah melainkan diperlakukan sebagai mitra kerjanya. Guru harus sabar dan mau mendengarkan siswa, bersikap rendah hati dan menghargai siswa, bersikap akrab dan melebur, namun tetap menjaga wibawa.
- Pengalaman nyata. Guru tidak hanya mentransfer materi pembelajaran, namun materi pembelajaran tersebut disesuaikan dengan pengalaman dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan kontekstual.
- Kebersamaan, guru membangun jiwa kebersamaan siswa melalui pembelajaran yang dilaksanakan dengan kelompok dan kolaborasi. Ajarkan kepada siswa agar bisa menerima segala perbedaan yang ada dan saling bahu-membahu menyelesaikan masalah bersama.
- Partisipasi, setiap siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga mereka merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut, sekaligus juga bertanggung jawab atas setiap kegiatan belajar yang dilaksanakannya.
- Keswadayaan, Guru tidak melakukan intervensi dan monopoli kegiatan namun guru mendorong tumbuhnya swadaya (self supporting) secara optimal atas setiap aktivitas belajar yang dilaksanakan siswa. Hal ini akan mengajarkan kepada siswa untuk mandiri tidak tergantung dan mampu mengekspresikan potensinya dengan kreatif.
- Manfaat, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat memberikan manfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa pada masa sekarang maupun yang akan datang. Untuk itu guru harus selalu belajar dan mengupgrade kemampuannya sehingga dapat memberikan pembelajaran yang variatif dan bermakna.
- Lokalitas, materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang paling sesuai dengan potensi dan permasalahan di wilayah (lingkungan) tertentu (locally specific), yang mungkin akan berbeda satu tempat dengan tempat lainnya. Hal ini penting agar siswa tetap memahami dan mengerti local wisdom yang ada sehingga tidak luntur tergerus zaman.
Dengan memperhatikan beberapa hal di atas, kita akan mampu menghadirkan kemerdekaan belajar bagi siswa yaitu suatu kondisi yang mampu menumbuhkan kesadaran dan kemandirian bagi siswa untuk belajar seluas-luasnya tanpa tekanan dan paksaan sesuai dengan bakat dan potensi mereka masing-masing.